Berdasar pada temuan-temuan para penelitimenyebutkan, bahwa bahan perusak lapisan ozon banyak digunakan dalam industri alat pemadam kebakaran dan Metil Bromida yang dipakai untuk bahan pestisida. Pemakaian bahan-bahan ini meningkat dengan cepat sejak tahun 1970-an yang menyebabkan kandungannya di atmosfer juga meningkat.
Untuk mengatasi hal ini adalah dengan cara mengubah perilaku manusia. Masyarakat harus disadarkan bahwa manusia harus hidup lebih lama dengan suasana nyaman dan aman. Edukasi yang disampaikan bisa dalam bentuk cerita dan bukti nyata supaya warga tergerak hatinya untuk hidup dengan cara yang lebih baik.
Karena, sampai hari ini banyak sekali kebiasaan masyarakat yang tidak sesuai dengan pola back to nature atau slogan Let’s Go Green yang sering dikumandangkan di televisi atau di iklankan di media cetak. Pola hidup konsumtif dan membuang sampah sembarangan masih lebih mendominasi kebiasaan hidup manusia di muka bumi ini. Mungkin di beberapa negara ada aturan-aturan yang "terpaksa" membuat warganya dilisplin. Indonesia pun seharusnya bisa mengadopsi tata cara seperti ini.
Tak perlu jauh-jauh mengambil contoh pola hidup salah yang merusak lingkungan dan alam. Indonesia masih terkenal sebagai negara pembabat hutan, beberapa penduduknya masih jauh dari kebiasaan hidup disiplin. Di kota Nganjuk sendiri, masih banyak individu yang sedang berada di dalam mobil membuang sampah sembarangan ke jalan umum. Padahal, di kiri kanan jalan sudah disediakan tempat-tempat sampah.
Perlu diketahui, bahwa penipisan lapisan ozon akan menyebabkan lebih banyak sinar radiasi ultra ungu memasuki bumi. Radiasi ultra ungu ini dapat membuat efek pada kesehatan manusia, memusnahkan kehidupan laut, ekosistem, mengurangi hasil pertanian dan hutan. Efek utama pada manusia adalah peningkatan penyakit kanker kulit karena selain itu dapat merusak mata termasuk kataraks dan juga mungkin akan melemahkan sistem imunisasi badan.
Pada bidang pertanian, penerimaan sinar ultra violet pada tanaman dapat memusnahkan hasil tanaman utama dunia. Hasil kajian menunjukkan hasil tanaman seperti ‘barli’ dan ‘oat’ menunjukkan penurunan karena penerimaan sinar radiasi yang semakin tinggi. Tanaman diperkirakan akan mengalami kelambatan pertumbuhan, bahkan akan cenderung kerdil, sehingga merusak hasil panen dan hutan-hutan yang ada.
Radiasi penuh ini juga dapat mematikan anak-anak ikan, kepiting dan udang di lautan, serta mengurangi jumlah plankton yang menjadi salah satu sumber makanan kebanyakan hewan-hewan laut. Kerusakan lapisan ozon juga memiliki pengaruh langsung pada pemanasan bumi yang sering disebut sebagai "efek rumah kaca". Usaha-usaha untuk mencegah penipisan ozon menjadi mulai dilakukan bersama oleh semua negara di dunia.
Usaha itu pun telah digalakkan secara serius melalui UNEP (United Nation Environment Programme) salah satu organisasi PBB yang bergerak di bidang program perlindungan lingkungan dan alam. Oleh karena itu, kita semua harus memandang serius masalah ini dan berupaya untuk mencegah atau meminimalkan penipisan lapisan ozon di alam ini dengan cara meminimalkan penggunaan bahan-bahan yang dapat mempertipis ozon agar generasi yang akan datang dapat mewarisi alam sekitar yang masih baik.
Penanaman hutan baru dapat mereduksi CO2 di atmosfer. Proses ini disebut dengan proses berkelanjutan dari carbon. Sesuai dengan program pemerintah dengan ‘gerakan sejuta pohon‘ diharapkan dapat mengurangi pemanasan global dan menutup lubang ozon. Penanaman pohon-pohon baru di beberapa kawasan harus dilakukan secara berkesinambungan, di mana setiap kali ada penebangan pohon disaat itu juga ada upaya untuk menanamnya kembali dengan pohon baru atau tanaman baru.
0 komentar:
Posting Komentar